Pages

Monday, April 29, 2013

Puisi Menurut Riffaterre

Puisi Menurut Riffaterre


Puisi  merupakan  karya  puisi  yang  berisi  ekspresi  seorang  penyair.  Ekspresi yang dikemukakan adalah ekspresi pikiran atau gagasan atau perasaan yang tidak  langsung.  Ketidaklangsungan  ekspresi  itu  menurut  Riffaterre  (1978:120) disebabkan  oleh  tiga  hal,  yakni:  a)  karena  penggantian  arti  (displacing  of meaning); b) karena penyimpangan arti (distorting of meaning); dan c) karena penciptaan arti (creating of meaning).
a.  Penggantian Arti (displacing of meaning)
Terjadinya penggantian arti karena digunakannya  bahasa  kiasan  di  dalam karyapuisi,seperti penggunaan majas metafora,metonimia,simile (perbandingan), personifikasi,sinekdok, dan lain-lain. Perhatikanlah sajak berikut.
SAJAK PUTIH
Chairil Anwar

Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba 
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menari menari seluruh aku
Hidup dari hidupku, pintu terbuka Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka Antara kita mati datang tidak membelah 
/Di  hitam  matamu  kembang  mawar  dan  melati  /  mawar  dan  melati  adalah metafora dalam baris tersebut, bermakna sesuatu yang indah. /sepi menyanyi/ merupakan personifikasi sepilah yang menyanyi’, dan seterusnya.
b.  Penyimpangan Arti
Penyimpangan arti ini disebabkan oleh tiga hal, yaitu: ambiguitas, kontradiksi, dan nonsene.
(1) Ambiguitas
Ambiguitas ini disebabkan oleh bahasa  puisi itu bermakna ganda (polyinterpretable),  apalagi  di  dalam  puisi.  Ambiguitas  ini  dapat  berupa  kata, frase,klausa, ataupun kalimat. Hal ini  disebabkan oleh sifat puisi yang berupa pemadatan. Berikut contoh ambiguitas di dalam sebuah sajak pada puisi Chairil Anwar.

DOA
Chairil Anwar
Kepada pemeluk teguh
Tuhanku
dalam termangu
aku masih menyebut nama-Mu
Biar susah sungguh mengingat Kau penuh seluruh
Caya-Mu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
aku hilang bentuk remuk
Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintu-Mu aku mengetuk aku tidak bisa berpaling

Dalam baris pertama terlihat bahwa si aku” masih /termangu/, atau ragu-ragu akan adanya Tuhan, tetapi si aku” masih menyebut-nyebut nama Tuhan. Pada bait  kedua, meskipun  si  aku”  merasa  sangat  /susah/  untuk  menyebut  nama Tuhan, tetapi si aku /masih menyebut/ nama-Nya, karena ia sadar bahwa Kau itu  /penuh  seluruh/. Klausa Kau  penuh  seluruh,  mempunyai  makna  ganda, bisa   dimaknakan: Engkau   mutlak ada, Engkau maha sempurna adanya, keberadaan-Mu tidak dapat diingkari, Engkau  sungguh-sungguh ada secara utuh.

/Aku hilang bentuk/ /remuk/ dimaknakan bahwa si aku” sangat menderita, dan karena seakan si aku tidak berbentuk dan berwujud lagi. Dalam keadaan seperti itu pula si aku  merasa bahwa dirinya seakan /mengembara di negeri asing/, terpencil dari yang lain. Dalam keadaan tidak berdaya, si aku” masih berusaha /mengetuk pintu/ Tuhannya yang maha Rohman. Karena itu juga, si aku /tidak bisa berpaling/.

No comments:

Post a Comment

Disarankan berkomentar menggunakan Akun Google+, komentar SPAM (menyertakan link hidup, minta kunjungan balik & nama blog) otomatis tidak akan muncul.
Pertanyaan silahkan ke halaman kontak, atau bertanya dulu kepada admin. terimakasih