"Lakukan sesuai kapasitasmu, dan jangan pernah meminta untuk kau tunda apa yang menjadi ke inginanmu"

Friday, February 08, 2013

Cerdas Ala Rasululloh (Bagian Kedua)

 Cerdas Ala Rasululloh (Bagian Kedua)


B.    Dialog (Hiwar) Qurani dan Nabawl

Dialog (Hiwar) adalah percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih mengenai suatu topik, dan dengan sengaja diarahkan kepada satu tujuan yang dikehendald (dalam hal ini oleh guru). Menurut Al-Nahlawi, AI-Quran dan Sunnah Nabi Saw. memilild berbagai jenis dialog, seperti Hiwar Khitabi atau ta’abbudi, Hiwar washfi, hiwar qishashi (percakapan tentang sesuatu melalui kisah), hiwar jadali, dan hiwar nabawi.




Hiwar khithabi atau ta’abbudi merupakan dialog yang diambil dari dialog antara Tuhan dan hamba-Nya. Tuhan memanggil hamba-Nya dengan mengatakan, "Wahai orang-orang yang beriman," dan hamba-Nya menjawab dengan mengatakan, "Kusambut panggilan-Mu, ya Rabbi." Dialog antara Tuhan dan hamba-Nya ini menjadi petunjuk bahwa pengajaran seperti ini dapat gunakan. Dengan kata lain, metode dialog merupakan metode pengajaran yang pernah digunakan Tuhan dalam mengajari hamba-Nya.

Dalil yang menjelaskan adanya hiwar khithabi ini ialah hadis berikut: "Apabila Rasulullah Saw. membaca "Bukankah Allah Mahakuasa menghidupkan orang mati?" Beliau. mengucapkan, "Mahasuci Engkau Yang Mahabesar." Dan bila dia membaca "Sucikanlah nama Rabbmu Yang Maha tinggi," maka beliau mengucapkan, "Mahasuci Rabbku Yang Mahatinggi." (HR Abu Damrud. dan Baihaqi). Hadis ini merupakan dalil adanya hiwar ta’abbudi, dialog tentang pengabdian kepada Tuhan. Tasbih, takbir, tahmid, dan ta'awudz yang diucapkan Nabi kepada Tuhan jelas merupakan suatu munajat kepada Allah dan sekaligus merupakan dalil adanya dialog dalam hadis-hadis Rasulullah.

Adapun hiwatr washfi ialah dialog antara Tuhan dengan malaikat atau dengan makhluk gaib lainnya. Dalam surah Al-Shaffat ayat 20-23 ada dialog antara Tuhan dengan penghuni neraka: "Dan mereka berkata, "Aduh, celaka kita." Inilah hari pembalasan, inilah hari yang kalian clustakan. Kami perintahkan kepada. malaikat, "Kumpulkan mereka itu beserta teman-teman mereka... dan tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka."

Menurut Al-Nahlawi, hiwar washfi menyajikan gambaran yang hidup tentang kondisi psikis ahli neraka dan ahli surga. Dengan imajinasi dan deskripsi yang rinci, hiwar washfi memperlancar berlangsungnya pendidikan perasaan ketuhanan. Gambaran tentang penyesalan ahli neraka itu seolah-olah dirasakan oleh pembaca atau pendengar dialog itu, pendengar seolah terlibat dalam dialog itu lantas ada pemihakan. Kemudian ada pertanyaan, “Di pihak mana aku?” Hiwar washfi seolah-olah juga mengingatkan pendengar dialog itu., “Jangan kalian terjerumus seperti mereka itu.”

Hiwar qishashi terdapat dalam AI-Quran, yang baik bentuk maupun rangkaian ceritanya sangat jelas, merupakan bagian dari cara kisah dalam AI-Quran. Sebagai contoh ialah kisah Syuaib dan kaumnya dalam surah Hud. Sepuluh ayat pertama dari surah ini merupakan dialog, kemudian Allah mengakhiri kisah ini dengan dua ayat yang menerangkan akibat yang diterima oleh kaum Nabi Syu'aib. Dijelaskan dalam sebagian dari surah Hud ayat 84-95: "Dan kepada penduduk Madyan, Kami utus Syu'aib. Ia berkata, "Hai, kaumku, beribaclahlah kepada Allah, jangan bertuhan selain-Nya... Jangan mengurangi timbangan, saya khawatir nanti kalian menclapat azab dari Tuhan." ...Mereka berkata,, "Hai Syu'aib, apakah kamu menyuruh kami meninggalkan apa Yang disembah oleh ketua kami atau melarang kami berbuat apa Yang kami kehendaki tentang harta kami?" Syu'aib berkata-kata, "Hai kaumku..." (dan seterusnya). Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Syu'aib dan orang-orang Yang beriman bersamanya.... dan orang-orang yang zalim itu dibinasakan oleh suara Yang mengguntur... Ingatlah, kebinasaanlah Yang ditimpakan kepada penduduk Madyan seperti binasanya kaum Tsamud".

Hiwar jadali bertujuan untuk memantapkan alasan (hujjah). Contohnya, antara lain, dalam surah Al-Najm ayat 1-5: "Demi bintang ketika terbenam, kawan kalian (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula. keliru, dan tidaklah Yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu adalah wahyu Yang diberikan kepadanya Yang diajarkan oleh Jibril Yang perkasa."

Pada ayat di atas Allah menetapkan alasan Yang ditujukan kepada orang musyrik bahwa Rasul-Nya menyampaikan berita Yang benar melalui suatu penglihatan Yang nyata. Muhammad itu tidak berdusta dikuatkan oleh Allah dengan memperlihatkan tanda-tanda Yang nyata pada Muhammad.

Hiwar nabawi adalah dialog Yang digunakan oleh Nabi dalam mendidik sahabat-sahabatnya. Beliau menghendaki agar sahabatnya mengajukan pertanyaan. Dalam sebuah Hadis Yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim diceritakan, "Pada suatu hari Rasulullah Saw. bersama para sahabat. Beliau bersabda, "Bertanyalah kepadaku." Tapi, orang-orang takut untuk bertanya kepadanya. Maka, datanglah seorang laki-laki, lalu duduk di hadapannya seraya berkata, "Wahai Rasulullah, apakah Islam itu?" Beliau menjawab, "Engkau tidak menyekutukan Allah..." (dan seterusnya).

C.     Metode Pengalaman Praktik Langsung (Metode Demonstrasi)

Melatih indra anak akan menghasilkan pengetahuan dan ilmu. Ketika ia mulai tumbuh dan bisa memfungsikan kedua tangannya untuk melakukan suatu pekerjaan, maka ketika itu pula akalnya mulai berfungsi sebagaimana mestinya. Setelah itu, ia akan melihat bagaimana ia akan melatih indranya serta menyiapkan diri untuk melakukan sesuatu. Demikianlah ia menekuni suatu pekerjaan dan akan melakukannya secara baik setahap demi setahap. Rasulullah pernah melihat seorang anak yang sedang menguliti kambing namun salah dalam mengerjakannya. Lalu Rasulullah kemudian menyingsingkan lengan bajunya dan mulai menguliti kambing itu di hadapannya. la pun memerhatikan bagaimana Rasulullah menguliti kambing. la memfungsikan akal dan memusatkan perhatiannya pada pengajaran yang diberikan Rasulullah.

Imam Abu Dawud meriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri bahwa Rasulullah pernah berjalan melewati seorang sedang menguliti kambing namun tidak tepat dalam mengerjakannya. Rasulullah kemudian bersabda, "Serahkan padaku, nanti aku perlihatkan padamu bagaimana caranya!" Beliau kemudian memasukkan tangan di antara kulit dan daging lalu mendorongnya sehingga masuk sampai ketiaknya. Sesudah itu behau berlalu untuk kemudian mengerjakan shalat dengan para sahabat tanpa berwudhu lagi.

Melalui pengalaman nyata dan praktis seperti ini, wawasan dan pengetahuan anak akan terbuka luas. Jangan harap anak menjadi kreatif kalau dirinya tidak pernah bersosialisasi dengan orang lain, dan menemukan lingkungan yang menclukung. Berinteraksi dengan lingkungan memuclahkan anak mendapatkan gambaran tentang bagaimana seharusnya darinya berhubungan dengan orang lain. Secara alami, anak akan beradaptasi dan mengalami pengayaan informasi. Ia akan menemukan bahwa selain dirinya ada orang lain, bahwa ada pertentangan pendapat dan anak akan belajar untuk dapat menerima pendapat yang bertentangan dengan dirinya. Berbagai informasi yang diterimanya juga akan membuat anak dapat menentukan cara untuk menyelesaikan suatu masalah.

Para sahabat juga menempuh cara yang sama, mengikuti apa yang dilakukan Nabi. Mereka menggunakan metode demonstrasi dalam mengajar anak-anaknya sendiri. Diceritakan, Ali bin Abi Thalib r.a. memanggil Husain dan mengajarkan kepadanya tata cara berwudhu. Abu Dawud meriwayatkan hadis dati Husain bin Ali bin Abi Thalib, bahwa ia berkata, "Ayah memanggilku agar aku berwudhu, lalu aku pun mendekat kepadanya. Ayah mengawali dengan mencuci kedua telapak tangan tiga kah sebelum memasukkan keduanya dalam wudhu. Selanjutnya, beliau berkumur tiga kali dan menghirup air ke dalam tiga kali, dilanjutkan dengan mencuci muka tiga kali, lalu mencuci tangan kanan hingga ke siku tiga kali dilanjutkan dengan mencuci tangan kiri tiga kali. Sesudah itu beliau membasuh kepala sekali dan mencuci kanan hingga mata kaki tiga kali, dilanjutkan dengan kaki sebanyak tiga kali pula. Sesudah itu ayah berdiri dan berkata, "Berikan bejana itu kepadaku!" Lalu aku pun memberikannya yang berisi sisa wudhunya, kemudian ia minum air sisa wudhu itu dengan berdiri. Aku pun heran, dan ketika ayah melihatku, ayah berkata, "Janganlah engkau heran, karena sesungguhnya aku telah melihat kakekmu, Nabi Muhammad, telah melakukan hal yang engkau lihat sekarang ini aku lakukan. Ayah mengomentari soal wudhu dan minum. Beliau dari sisa air wudhu. dengan berdiri."

Praktik langsung di hadapanku akan untuk mengembangan kreativitas anak juga bergantung pada kemampuan orangtua untuk bersikap terbuka terhadap pengalaman. Tugas orangtua adalah menanamkan agar pengalaman tersebut menarik baginya dan dapat membuatnya berpikir, misalnya, ketika seorang anak diajak untuk berkunjung ke kebun binatang tersebut contohnya cerita tentang macan, rusa, atau tanaman yang ada di dalam kebun binatang.

Demonstrasi dalam hubungannya dengan penyajian informasi dapat diartikan sebagai upaya peragaan atau pertunjukan tentang cara melakukan atau mengerjakan, sesuatu. Metode demonstrasi, adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Tujuan pokok penggunaan metode demonstrasi dalam proses belajar mengajar ialah untuk memperjelas pengertian konsep dan memperlihatkan (meneladani) cara melakukan sesuatu atau proses terjadinya sesuatu. Asumsi psikologis yang melatarbelakangi perlunya penggunaan metode demonstrasi adalah proses melakukan dan mengalami sendiri (learning by doing and experiencing) apa-apa yang dipelajari. Dengan melakukan dan mengalami sendiri, anak diharapkan dapat menyerap kesan yang mendalam ke dalam benaknya.

Selain itu, penggunaan metode demonstrasi dalam belajar juga memiliki arti penting yang strategis dalam memberantas penyakit "verbalisme". Gejala penyakit verbalisme (aliran pandangan pendidikan yang berorientasi pada kemampuan hafalan di luar kepala walaupun tak mengerti artinya) biasanya mudah timbul dalam proses belajar-mengajar apabila guru

hanya menginformasikan konsep dan fakta dalam bentuk kata-kata (baik lisan maupun tulisan) tanpa menjelaskan lebih jauh. Banyak keuntungan psikologis-pedagogis yang dapat diraih dengan menggunakan metode demonstrasi ini, antara lain:

    Perhatian anak dapat lebih dipusatkan;
    Proses belajar anak lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari;
    Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa.

Dalam dunia pendidikan modem, khususnya di Barat, guru dan para siswa sudah sedemikian akrab dengan alat-alat demonstrasi seperti VTR (video tape recorder), OHP (overhead projector), komputer, dan sebagainya. Dengan demikian, hampir tak ada uraian materi (terutama materi pelajaran di sekolah-sekolah menengah ke atas) yang tidak disertai demonstrasi dengan menggunakan perangkat modern tadi.

Nining Ipkompas
IPTEK BAHARI Updated at:
Get Free Updates:
*Please click on the confirmation link sent in your Spam folder of Email*

     
    Ipkompas