STRUKTUR FISIK PUISI BAGIAN 3
Sebelum anda melanjutkan membaca postingan dibawah ini , sebaiknya anda melihat postingan sebelumnya disini.b. Pengimajian
Pengimajian dapat dibatasi
dengan
pengertian;
kata
atau
susunan
kata
yang dapat
mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti penglihatan, pendengaran,
dan perasaan.
Baris atau
bait puisi
itu seolah
mengandung gema suara (imaji auditif), atau seolah benda yang tampak (imaji visual), atau sesuatu
yang dapat
dirasakan, diraba atau disentuh (imaji
taktil).
Jika penyair menginginkan
imaji pendengaran
(imaji auditif),
maka
jika
kita membaca
puisi
tersebut
seolah
kita
ikut
mendengarkan
sesuatu.
Jika penyair menginginkan imaji penglihatan (imaji
visual), maka puisi itu seolah-olah
melukiskan sesuatu yang bergerak-gerak.
Jika
penyair
menginginkan
imaji
perasaan (imaji taktil), maka pembaca seolah-olah merasakan sentuhan perasaan.
c. Kata Konkret
Untuk membangkitkan
imaji
(daya
bayang)
pembaca,maka
kata-kata
harus diperkonkret. Kata-kata yang diperkonkret ini erat hubungannya dengan penggunaan kiasan dan lambang. Jika
penyair mahir memperkonkret kata-kata, maka pembaca
seolah-olah melihat,
mendengar, atau merasa apa yang dilukiskan
oleh panyair.
Dengan demikian, pembaca terlibat penuh
secara batin ke dalam puisi tersebut.
Dengan kata-kata
yang
diperkonkret,
pembaca
dapat
membayangkan
secara jelas
keadaan
atau
peristiwa
yang
digambarkan
penyair.
Seperti
pada
sajak
“Gadis Peminta-minta”, untuk
melukiskan
gadis
itu seorang
pengemis
yang gembel,
penyair
mengkonkretkannya
dengan
kata-kata
/gadis
kecil
berkaleng
kecil/. Lukisan itu lebih konkret daripada
‘gadis
peminta-minta’
atau
‘gadis
miskin’.
Begitu juga seperti
yang tampak
di dalam
puisi Chairil
Anwar. Misalnya dalam sajaknya yang berjudul
‘Doa’,
ia
mengkonkretkan
gambaran
jiwanya
yang penuh
dosa dengan
menggunakan kata-kata: aku hilang bentuk/remuk.
Untukmelukiskan tekadnya yang bulat kembali
ke
jalan
Tuhan,
diperkonkret
dengat ungkapan: Tuhanku/ di
pintuMu aku mengetuk/ aku tidak
bisa berpaling.
Untuk memperkonkret sikap kebebasannya,
Chairil Anwar menggunakan kata- kata:
“aku ini binatang jalang/
dari kumpulannya
yang terbuang”.
Untuk
memperkonkret cita-citanya yang abadi,ia
menggunakan
kata-kata:
“kumau
hidup seribu tahun lagi”. Pada saat Chairil
Anwar
bersiap-siap
menghadapi
kematian, suasana gelisah diperkonkret
dengan kata-kata: “aku berrenah dalam
kamar, dalam diriku jika
kau datang”
d. Majas (Bahasa
Figuratif)
Bahasa figuratif
adalah
bahasa
yang digunakan
penyair untuk
mengatakan
sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna. Bahasa yang digunakan seakan-akan berfigura
(bersusun-susun). Bahasa
yang
dinyatakan
sebagai
bahasa
figuratif
ini
terdiri
atas pengiasan yang menimbulkan makna kias, dan pelambangan yang menimbulkan makna lambang.
Kata
atau
bahasanya
bermakna
kias
atau
makna lambang. Bahasa figuratif
menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya
memancarkan banyak makna atau
kaya akan
makna.
Bahasa figuratif dipandang lebih efektif untuk menyatakan apa yang dimaksudkan penyair, karena: 1)bahasa figuratif mampu menghasilkan kesenangan imajinatif;
2)
bahasa
imajinatif
adalah
cara
untuk
menghasilkan
imajinasi tambahan dalam puisi, sehingga
yang
abstrak menjadi
konkret,
dan menjadikan
puisi
enak
dibaca;
3)
bahasa
figuratif
adalah
cara
menambah
intensitas perasaan penyair; 4) bahasa figurative
adalah cara mengkonsentrasikan makna
yang
hendak disampaikan (menyampaikan sesuatu
yang banyak
dengan bahasa yang singkat).
Untuk memahami bahasa
figuratif ini, pembaca harus dapat
menafsirkan kiasan dan lambang yang dibuat
penyair
baik
lambang
yang
konvensional
maupun lambang
yang
nonkonvensional.
Kiasan
(gaya
bahasa)
sebagai
upaya
untuk
menimbulkan makna kias ini, antaralain: metafora (kiasan langsung), perbandingan (kiasan tidak
langsung), personifikasi, hiperbola, sinkdoce, ironi,
dan lain-lain.
Selain kiasan, penyair juga menggunakan pelambangan. Pelambangan tersebut digunakan penyair untuk memperjelas
makna dan
membuat nada dan suasana sajak menjadi
lebih jelas,
sehingga dapat menggugah hati pembaca.
Jika dalam kiasan suatu
hal dikiaskan
(dibandingkan) dengan hal lain, maka
di dalam pelambangan,
sesuatu
hal
tersebut
digantiatau
dilambangkan
dengan
hal lain. Misalnya lambang
yang
terdapat
di
dalam
upacara
perkawinan,
berupa: janur kuning yang melambangkan kebahagiaan dan kesucian pengantin yang masih muda.
Macam-macam lambang
ditentukan
oleh
keadaan
atau
peristiwa
apa
yang digunakan
oleh penyair
untuk mengganti
keadaan atau peristiwa. Ada lambang warna,
lambing benda,lambing bunyi, lambang suasana,dan
lain-lain. Pelambangan erat hubungannya dengan
kata-kata konkret. Dengan pelambangan
kata-kata yang diciptakan menjadi lebih
konkret sehingga mempermudah proses
pengimajian.Misalnya: “Kabut
Sutra Ungu”,
menggunakan warna ungu untuk
melambangkan kesedihan pelaku utamanya; Burung dara jantan
yang
dulu
kau
pelihara/
kini
telah
terbang
dan
menemui
jodohnya/ ia akan pulang buat selama-lamanya.
No comments:
Post a Comment
Disarankan berkomentar menggunakan Akun Google+, komentar SPAM (menyertakan link hidup, minta kunjungan balik & nama blog) otomatis tidak akan muncul.
Pertanyaan silahkan ke halaman kontak, atau bertanya dulu kepada admin. terimakasih