"Lakukan sesuai kapasitasmu, dan jangan pernah meminta untuk kau tunda apa yang menjadi ke inginanmu"

Sunday, February 17, 2013

MENYINGKAP METODE PEMBELAJARAN BERBASIS AL-QUR’AN (Bagian III)

berbasis al quran
SURAH AL-QALAM AYAT 1-4

Kontek lain disebutkan dalam Al-Qur’an yaitu dalam surah Al-Qalam ayat  1-4  yang artinya         “ Nun, demi qalam dan apa yang mereka tulis; berkat nikmat Tuhan, kamu sekali-kali bukan orang gila; Dan sesungguhnya bagimu benar-benar pahala yang besar dan tidak pernah putus-putus; Dan kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung” (QS: 68 : 1-4).

Keterkaitan 4 ayat diatas dengan pendidikan dan pembelajaran adalah:

Pertama: Posisi Nabi sebagai guru bagi umat manusia. Beliau dalam proses mendidik umatnya sadar betul bahwa beliau manusia biasa, sudah barang tentu akan terjadi perbedaan pendapat, diskusi atau bahkan berdebat. Oleh karena itu, ketika kita memposisikan diri sebagai guru hendaknya sudah siap segalanya, (mental-spritual, akal-budi, dan lain-lain) karena akan menjumpai segala resiko termasuk celaan, siswa yang baik dan siswa yang membangkang, atau dari pihak lain.

Kedua: Allah dengan tegas bersumpah “Demi qalam dan apa yang dituliskan”, kata “qalam” yang maksud disini adalah tinta, alat tulis yang pada perkembanganya bias computer, kalkulator, internet, dan lain-lain. Sedangkan kata “yasthurun”  dapat diartikan sebagai hasil karya.  Dari uraian ini seorang guru dituntut untuk menuliskan gagasan-gagasanya, melaui penelitian, pengkajian terhadap ayat Allah (baik Qur’aniyyah maupun Qaunaniyyah).

Ketiga:  Dijelaskan bahwa dengan belajar yang disertai iman kepada Allah dan kenabian Muhammad SAW, manusia akan terlepas dari “kegilaan”,  (gila harta, jabatan, sombong karena ilmunya, dengki, berlaku sewenang-wenang, munafiq, atau bahkan gila mentalnya). Allah menyatakan bahwa Nabi itu adalah orang yang perilaku, akhlaq, budi perkerti yang agung. Artinya seorang guru hendaknya menjaga akhlaqnya sehingga ia menjadi panutan bagi murid-muridnya.

SURAH AL-MUDDATSTSIR AYAT 1-7

Surah Al-Muddatstsir ayat 1-7 juga merupakan surah Al-Qur’an yang diturunkan periode ke 3  setelah surah Al-‘Alaq dan Al-Qalam. Dalam surah Al-Muddatstsir ayat 1-7 diuraikan yang artinya “Hai orang yang bersilimut; lalu berilah peringatan; Agungkan Tuhanmu; bersihkan pakaianmu; tinggal perbuatan dosa; Janganlah kamu member dengan maksud memperoleh balasan yang lebih banyak; dan hanya kepada Tuhanmulah hendak bersabar” (QS: 74: 1-7)

Dari beberapa ayat diatas kita dapat merefleksi diri baagaimana seharusnya beraktifitas dalam pembelajaran dan pendidikan, seperti terlihat pada ayat 1, seruan bagi orang yang “berselimut”. Kata berselimut dapat diartikan sebagai orang yang kedinginan atau menyembunyikan sesuatu. Oleh karena itu kalau kita mengacu pada makna yang terakhir berarti bahwa setiap manusia memiliki potensi yang tersembunyi. Kenapa disembunyikan? Mungkin karena ragu akan kemampuannya? Atau karena belum mendapatkan atau tidak diberi kesempatan untuk menampilkan potensi/kemampuan yang dimilikinya. Oleh karenanya Allah memerintah Muhammad untuk bangkit, yang secara tidak langsung menuntut calon guru untuk memiliki rasa percaya diri, berani, bersemangat, sungguh-sungguh dan pantang menyerah dalam memberikan pembelajaran dan melaksanakan tugasnya sebagai pendidik.

Pada ayat ke 3 Allah menyeru kepada Nabi Muhammad (Profil guru) untuk berendah hati (berakhlaqul karimah), sebab pengetahuan yang ia miliki hanyalah bagaikan stetes air di tengah samudera. Kata rabb lebih awal dari kata kabbir,  yang berimplikasi bahwa kebesaran hanya miliki Allah. Secara tersirat bahwa seorang pendidik dituntut agar tidak merasa paling unggul, paling pintar atau memiliki sifat sombong lainnya.

Pada ayat ke 4 Allah memerintahkan Muhammad untuk membersihkan pakaiannya (dalam artian luas) yakni pakaian lahir dan batin, yakni seluruh apa yang dikenakan dan yang berada pada dirinya. Berpakaian yang bersih, rapi dan bagus akan menimbulkan penampilan lahir yang memiliki daya tarik tersendiri bagi peserta didik. Menurut Al-Ghazali bahwa perbuatan, perilaku dan kepribadian seorang pendidik lebih utama dari ilmu pengetahuan yang ia miliki, karena kepribadian seorang pendidik akan diteladani dan ditiru oleh peserta didik baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pada ayat 4-6 berisi informasi tentang tinggalkan perbuatan dosa, karena dengan banyak berbuat dosa, maka seseorang akan banyak bebannya, sehingga tidak mungkin orang banyak masalah dapat meringankan beban atau dapat memberikan solusi bagi permasalahan yang dihadapi siswanya. Seorang guru tidak banyak menuntut hak-haknya, namun diselaraskan dengan kewajiban yang telah didarmakan. Selain itu juga seorang guru hendaknya memiliki kesabaran yang tulus dalam melaksanakan kewajibannya. Sabar mendidik, membimbing, melatih siswanya.

SURAH AL-MUZZAMMIL 1-7

Dalam surah Al-Muzzammil pada ayat 1-7 ini berisi seruan kepada para pendidik dan peserta didik untuk menggunakan waktu sebaik mungkin (waktu: ibadah, belajar, mengajar, dan kegiatan lainnya) agar efektif dan efisien. Pada ayat 1-7 dalam surah Al-Muzzammil dijelaskan yang artinya “Hai orang yang bersimut; Bangunlah untuk sholat malam hari; seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit; atau lebih dari serdua itu. Dan bacalah Al-Qur’an itu secara perlahan-lahan; Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat. Sesungguhnya bangun di waktu itu lebih berkesan; sesungguhnya kamu di siang hari mempunyai urusan yang panjang”.
(dikutip dari bapak as'aril)
selanjutnya anda dapat membaca di Menyingkap Metode Pembelajaran Berbasis Al-Quran Bagian IV.

Nining Ipkompas
IPTEK BAHARI Updated at:
Get Free Updates:
*Please click on the confirmation link sent in your Spam folder of Email*

Be the first to reply!

Post a Comment

Disarankan berkomentar menggunakan Akun Google+, komentar SPAM (menyertakan link hidup, minta kunjungan balik & nama blog) otomatis tidak akan muncul.
Pertanyaan silahkan ke halaman kontak, atau bertanya dulu kepada admin. terimakasih

     
    Ipkompas