Pages

Saturday, February 15, 2014

Apresiasi Sastra dan Tingkatan-tingkatannya

TINGKAT-TINGKAT APRESIASI SASTRA

Kemampuan apresiasi  dapat bermacam-macam tingkatannya , karena itu dapat ditingkatkan ke tingkat yang lebih tinggi atau lebih baik. Yang belum mampu dapat dijadikan mampu. Jadi apresiasi itu dapat dipelajari, dapat dilatih, karena itu pula dapat diajarkan.

Di bawah ini kita lihat tingkatakn dalam apresiasi, agar kita dapat mengetahui tingkatan yang telah kita capai. Dengan pengetahuan akan tingkatan yang kita capai, kita dapat meningkatkannya ke tingkat yang lebih tinggi. Yus Rusana dalam makalahnya menuliskan, “Tingkatan apresiasi ada tiga” yaitu, tingkat pertama terjadi apabila seseorang mengalami pengalaman yang ada dalam sebuah karya. Ia terlibat secara intelektual, emosional, dan imajinatif dengan karya itu. Tingkat kedua terjadi apabila daya intelektual pembaca bekerja lebih giat, dan Tingkat ketiga apabila pembaca menyadari hubungan sastra dengan dunia di luarnya sehingga pemahaman dan penikmatannya dapat dilakukan dengan lebih luas dan mendalam.

1. Apresiasi Tingkat Pertama

Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkatan pertama merupana tingkatan yang didominasi pergulatan emosi, walaupun tetap dikontrol oleh kesadaran intelektual dan dipupuk oleh imajinasi. Di tingkat pertama, apresiator seolah-olah berada di dalam “pengalaman” yang diceritakan pengarang. Ia dapat merasakan kesenangan, kegembiraan, dan sebagainya jika pengarang memang melukiskan hal tersebut. Dengan imajinasinya apresiator dapat menangkap dan membayangkan kejadian-kejadian yang terdapat dalam karya tersebut. Ia mulai memperoleh kenikmatan dari karya sastra yang sedang diakrabinya.

2. Apresiasi Tingkat Kedua.

Di atas telah disebutkan bahwa, apresiasi tingkat kedua terjadi apabila daya intelektual telah bekerja lebih giat. Maksudnya,  adalah selain terjadi pergulatan emosi, terjadi pula pergulatan intelektual. Pada tingkat kedua ini, intelektual bekerja lebih giat, karena apresiator tidak hanya puas dengan memperoleh kenikmatan menemukan pengalaman, melainkan ia juga ingin tahu mengapa karya tersebut memberi nikmat.

Di tingkat ini,  apresiator berusaha mengungkap hal-hal yang ada di balik karya tersebut.Ia memperhatikan unsur-unsur pembentuknya, bahkan ia merasa perlu mengetahui kaidah-kaidah pembentukan cipta  sastra. Iapun merasa perlu mendalami pengertian tentang unsur-unsur cipta sastra. Dengan demikian ia dapat menelusuri karya tersebut, dari unsur-unsur pembentuknya (unsur intrinsik dan ekstrinsik karya sastra).

Pada tingkatan ini, apresiator sudah mempunyai gambaran tentang karya yang sedang diapresiasinya. Ia sudah mulai mengetahui kualitas karya tersebut, dan jika karya tersebut bagus ia mulai kagum akan karya tersebut  dan terhadap pengarangnya. Iapun semakin menikmati dan semakin bergairah mngakrabi karya tersebut.

3. Apresiasi Tingkat Ketiga.

Pada apresiasi tingkat ketiga, seseorang menyadari bahwa sastra bukan sekedar permainan bahasa atau bunyi bahasa. Sastra ternyata memberikan sesuatu yang dapat dipetik manfaatnya. Dari sastra seseorang menemukan nilai-nilai hidup tanpa merasa digurui atau dikhotbai, sehingga ia menjadi bijak sendiri. Menjadi bijak dan memperoleh kenikmatan.

Dalam tingkatan ini, apresiator sudah mencapai kenikmatan yang tinggi. Ia telah merasa nikmat memperoleh pengalaman dari karya sastra. Ia juga menemukan kenikmatan estetik, karena ia tahu tentang wujud bangun karya sastra secara mendalam. Ia juga merasa nikmat karena memperoleh nilai-nilai untuk menghadapi kehidupan dengan lebih baik. Ia kagum akan karya tersebut dan ia kagum akan pengarangnya.

Dengan demikian ia akan mampu menghargai dan menilai karya sastra tersebut dengan layak dan tepat.

2 comments:

Disarankan berkomentar menggunakan Akun Google+, komentar SPAM (menyertakan link hidup, minta kunjungan balik & nama blog) otomatis tidak akan muncul.
Pertanyaan silahkan ke halaman kontak, atau bertanya dulu kepada admin. terimakasih