Dialog
atau Percakapan
S. Effendi dalam Liberatus berpendapat
bahwa ciri utama sebuah drama adalah dialog. Hal tersebut menandakan pentingnya
dialog dalam drama. Terdapat beberapa
macam fungsi dialog dalam drama, di antaranya yaitu:
1. Melukiskan watak tokoh-tokoh dalam cerita
tersebut.
2. Mengembangkan dan
menggerakan plot serta
menjelaskan isi cerita
drama kepada pembaca atau penonton.
3. Memberikan isyarat peristiwa yang
mendahului.
4. Memberikan isyarat peristiwa yang akan datang.
5. Memberikan
komentar terhadap peristiwa
yang sedang terjadi
dalam drama tersebut.
Ada dua sifat yang dimiliki oleh dialog,
yaitu estetis dan alat teknis. Sifat
estetis terlihat pada saat menyusun
dialog. Menyusun dialog
hendaknya tetap memperhatikan keindahan bahasa
tidak vulgar dan
bombastis. Keindahan bahasa
atau ketepatan bahasa akan
berpengaruh terhadap keindahan seluruh lakon. Alat teknis, maksudnya
dialog ini memiliki
fungsi terentu dalam
keseluruhan lakon. Untuk
itu, dialog harus memiliki sifat
komunikatif dan mudah
ditangkap maknanya oleh
pembaca atau penonton.
Latar
atau Setting
Terdapat tiga syarat yang harus dipenuhi
dalam drama, yaitu kesatuan gerak (unity of action), kesatuan
waktu (unity of
time), dan kesatuan
tempat (unity of
place). Berdasarkan hal itu, latar belakang tempat dan waktu dalam drama
itu sangat penting. Latar belakang tempat dan waktu inilah yang sering disebut
latar atau setting. Penjelasan
bagaimana suasana, tempat,
dan waktu biasanya
dalam naskah drama dituliskan. Bila drama itu dipentaskan,
hal-hal tersebut diwujudkan dalam bentuk tata panggung, tata lampu, dan tata
suara/bunyi.
Gerak
atau Action
Terdapat
tiga komponen ketika
naskah drama dipentaskan,
yaitu naskah drama, pelaku atau aktor,
dan penonton (audience).
Gerak atau action
dalam drama merupakan ekspresi
dari aktivitas para
tokoh dalam drama
tersebut. Melalui gerak, penonton akan
dapat menafsirkan secara
konkret watak dari
masing-masing tokoh. Selain itu,
juga dapat menikmati rangkaian peritiwa yang dijalin dalam drama tersebut
secara nyata.
Dalam
drama terdapat istilah
mimik, pantomimik, dan
blocking. Mimik adalah
gerak raut muka atau
gerak wajah. Pantomimik
adalah gerak anggota
tubuh yang lain, misalnya gerak
tangan, kaki, dan
sebagainya. Blocking adalah
posisi aktor di
atas pentas. Gerak-gerak tersebut
harus ditampilkan secara
efektif dan selektif,
jangan sampai terjadi gerak itu berlebih-lebihan (over acting)
Tata
Busana dan Tata Rias
Secara
prinsip bahwa tata
busana atau kostum
yang dikenakan pemain
dengan maksud menunjukkan perwatakan
harus sesuai dengan
jalan ceritanya serta
dapat menimbulkan rasa indah
yang wajar terhadap
pandangan kita. Tata
busana pada drama tradisional
bahkan perlu mendapat perhatian sehingga tidak melanggar aturan tradisi
budayanya. Sebagai contoh, penggunaan kain batik bermotif “parang rusak atau
parang barong” sebenarnya hanya diperuntukan putra raja atau pangeran dan
sultan. Pakaian Blenggen dan
teni adalah perlengkapan pakaian
upacara kebesaran, sehingga
tidak harus digunakan untuk tiap hari.
Pada tata rias perlu memperhatikan
beberapa hal berikut:
1. Tempat bermain, dilakukannya pertunjukan.
2. Kekuatan sinar lampu yang digunakan.
3. Jarak pemain dengan penonton.
4. Umur tokoh dalam pementasan.
5. Karakter peran dalam pementasan.
6. Bentuk muka pemeran.
Fungsi tata rias adalah memberikan
dandanan atau perubahan pada pemain sehingga tercipta dunia
panggung yang tepat
dan wajar. Kedua
hal di atas
saling melengkapi dalam memberikan
penggambaran karakter tokoh.
Tata busana dan
tata rias yang tepat
akan memperkuat kesan
dan watak yang
ditampilkan oleh seorang
aktor. Dengan demikian fungsi tata busana dan tata rias adalah:
1.
Menunjukkan
latar belakang sosial atau tingkat sosial tokoh.
2.
Menunjukkan
usia tokoh.
3.
Menunjukkan
latar belakang geografis dan kebudayaan tokoh.
Tata
Panggung
Tata panggung merupakan gambaran di mana
peristiwa dalam drama itu terjadi yang diwujudkan secara
jelas di atas panggung. Benda-benda yang
dipakai untuk melengkapi dekorasi panggung
dan membantu seluruh
proses pementasan disebut propertis. Pemilihan
propertis menentukan kelogisan
dan daya pikat
pementasan. Contoh:
Satu
meja dan satu kursi yang dipilih dengan
tepat akan bisa lebih berhasil sebagai
dekorasi dari pada
aneka lukisan dan
alat rumah tangga
yang digantung di
dinding. Jika dimainkan di
luar gedung, maka
pohon, semak belukar,
dan bukit merupakan dekorasi yang tepat.
Tata
Bunyi dan Tata Lampu
Tata bunyi dibedakan atas efek bunyi dan
musik. Kedua-duanya memiliki fungsi yang sama, yaitu untuk menghidupkan suasana
dalam drama. Yang termasuk dalam efek bunyi
adalah bunyi angin,
bunyi air, bunyi
hujan, dan sebagainya.
Musik mampu membangkitkan
imajinasi penonton sehingga penafsiran terhadap suasana cerita lebih tepat.
Tata bunyi atau musik dalam kaitannya
dengan teater berfungsi:
1.
memberikan
penekanan suasana (sedih, gembira, bingung, dan tegang)
2.
memberikan gambaran
suasana tempat (gamelan
untuk Jawa, gambang kromong untuk Betawi).
3.
memberikan
gambaran waktu atau zaman.
4.
mewakili
karakter tokoh.
Be the first to reply!
Post a Comment
Disarankan berkomentar menggunakan Akun Google+, komentar SPAM (menyertakan link hidup, minta kunjungan balik & nama blog) otomatis tidak akan muncul.
Pertanyaan silahkan ke halaman kontak, atau bertanya dulu kepada admin. terimakasih