Hakikat Drama
“berbuat, to act atau to do”. Drama
berarti perbuatan, tindakan, atau beraksi (action). Drama cenderung
memiliki pengertian ke
seni sastra. Di
dalam seni sastra,
drama setaraf dengan jenis puisi, prosa/esai. Drama juga berarti suatu
kejadian atau peristiwa tentang manusia. Cerita konflik manusia dalam bentuk
dialog yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action
dihadapan penonton (audience).
Sementara
Bethaazar Verhagen yang
dikutip oleh Slamet
Mulyana, mengatakan bahwa drama
adalah kesenian melukiskan
sifat dan sifat
manusia dengan gerak. Berdasarkan penjelasan
di atas dapat
diambil kesimpulan bahwa
drama pada dasarnya adalah salah
satu cabang seni sastra yang mementingkan dialog, gerak, dan perbuatan menjadi suatu lakon
yang dipentaskan di
atas panggung. Drama
juga adalah seni yang
menggarap lakon-lakon mulai sejak penulisannya hinggga
pementasannya yang membutuhkan
ruang, waktu, dan
khalayak atau hidup
yang disajikan dalam gerak
yang memuat sejumlah
kejadian yang memikat
dan manarik hati.
Dalam
bahasa Indonesia terdapat
istilah “sandiwara”. Istilah
ini diambil dari
bahasa Jawa “sandi” dan“warah”,
yang berarti pelajaran
yang diberikan secara
diam-diam atau rahasia (sandi
artinya rahasia, dan
warah artinya pelajaran).
Istilah sandiwara seperti yang
dipakai pada sandiwara radio atau sandiwara pentas menunjukkan bahwa kata
sandiwara dapat menggantikan kata drama.
Selain kedua istilah di atas, kita juga
mengenal istilah teater. Teater dan drama pada dasarnya memiliki arti yang
sama, tetapi berbeda uangkapannya. Teater berasal dari kata yunani kuno
"theatron t" yang secara harfiah berarti gedung/tempat pertunjukan.
Dengan demikian maka kata teater selalu mengandung arti pertunjukan/tontonan.
Jika peristiwa atau cerita
tentang manusia kemudian
diangkat ke suatu
pentas sebagai suatu bentuk
pertunjukan, maka menjadi suatu peristiwa Teater. Kesimpulannya teater tercipta
karena adanya drama. Hal senada diungkapkan oleh Henri G. Tarigan bahwa
dalam sastra Indonesia
drama dipisahkan atas
dua pengertian. Pertama,
drama sebagai text play
atau naskah karya
sastra milik pribadi,
yaitu naskah bacaan
milik penulis drama yang masih membutuhkan pembaca soliter dan perlu
digarap yang baik dan teliti jika ingin dipentaskan. Kedua, drama sebagai teater atau pementasan
adalah seni kolektif atau
pertunjukan yang siap
dipentaskan sehingga berfungsi
sebagai tontonan pertunjukan.
Struktur Drama
Unsur-unsur drama
pada dasarnya tidak
jauh berbeda dengan
unsur-unsur dalam prosa fiksi.
Unsur-unsur tersebut adalah
plot atau alur, tokoh atau karakter,
dialog, latar atau setting. Apabila drama sebagai naskah itu dipentaskan maka
dilengkapi dengan unsur gerak atau
action, tata busana
dan tata rias,
tata panggung, tata
bunyi atau suara, dan tata lampu
atau sinar.
Plot atau Alur
Plot atau alur dalam drama tidak jauh
berbeda dengan plot atau alur dalam prosa fiksi. Drama juga mengenal tahapan plot,
seperti tahapan permulaan (beginning), pertengahan (middle),
menuju akhir (ending).
Dalam drama istilah tersebut dikenal dengan nama eksposisi, komplikasi, dan
resolusi. Eksposisi mendasari dan mengatur gerak dalam masalah-masalah waktu
dan tempat. Eksposisi memperkenalkan pelaku, yang akan
dikembangkan dalam bagian
utama lakon itu,
dan memberikan suatu indikasi resolusi.
Komplikasi bertugas mengembangkan konflik.
Pelaku utama mengalami gangguan, penghalang
dalam mencapai tujuannya,
membuat kekeliruan, yang akhirnya
kita dapat meneliti tipe manusia bagaimanakah sang tokoh itu. Resolusi
harus berlangsung secara
logis dan mempunyai
hubungan yang wajar
dengan apa yang mendahuluinya, yang
terdapat dalam komplikasi.
Butir yang memisahkan komplikasi dari resolusi disebut
dengan klimaks atau turning point. Akhir pertunjukan mungkin berupa happy end,
mungkin sebaliknya unhappy-end.
Plot dalam drama dapat disajikan dengan
pelbagai jalinan, antara lain:
1. Jalinan
sirkuler, bila plot
disusun dari peristiwa
A dan akhirnya
kembali ke peristiwa A.
Misalnya, drama Aduh karya Putu Wijaya.
Drama tersebut dimulai dengan datangnya orang yang sedang
sakit, lalu berakhir pula dengan sebuah adegan
yang sama yaitu
hadir orang yag
sedang sakit, bahkan
dengan dialog yang persis sama
dengan peristiwa sebelumnya.
2.
Jalinan linear,
bila plot disusun
secara kronologis dari
peristiwa A sampai peristiwa Z.
3. Jalinan
episodik, bila jalinan
plotnya terpisah. Maksudnya
dalam satu drama mengandung dua atau lebih jalinan peristiwa
Tokoh
atau Karakter
Tokoh adalah pelaku cerita yang
menggerakan plot dari suatu tahapan ke tahapan lain. Kalau drama sebagai naskah
dipentaskan, tokoh itu akan diperagakan seorang pelaku atau aktor. Pada saat
itu, karakteristik dari karakter-karakter akan semakin jelas dan hidup daripada
karakteristik tokoh dalam prosa fiksi.
Dalam drama gambaran tentang tokoh-tokoh
cerita akan lebih jelas dan konkret, juga akan lebih hidup. Hal tersebut karena
dalan drama tokoh-tokoh itu ditampilkan secara jelas, dapat
dilihat bentuk tubuhnya,
dapat diperhatikan
gerak-geriknya, dapat dilihat mimik atau gerak raut mukanya, bahkan
dapat didengar suaranya.
Seperti halnya penokohan atau
karakteristik pada novel, karakter pada drama dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Protagonis, yaitu
tokoh kebajikan yang
diharapkan mendapatkan simpati
dan empati penonton.
2. Antagonis, yaitu tokoh berprilaku jahat
sebagai penentang tokoh utama.
3. Tritagonis, yaitu tokoh penengah atau
pendamai dari konflik cerita.
( diambil dari buku Drama KKG )
Be the first to reply!
Post a Comment
Disarankan berkomentar menggunakan Akun Google+, komentar SPAM (menyertakan link hidup, minta kunjungan balik & nama blog) otomatis tidak akan muncul.
Pertanyaan silahkan ke halaman kontak, atau bertanya dulu kepada admin. terimakasih