Struktur Fisik Puisi
Struktur fisik puisi
atau unsur-unsur bentuk puisi merupakan unsur estetik yang membangun struktur
luar puisi. Struktur fisik puisi
dapat ditelaah di dalam
metode puisi, meliputi: diksi,pengimajian,kata konkret,bahasa figurative (majas),versifikasi (rima dan ritma),dan tata wajah (tipografi dan enjambemen).Berikut adalah uraian mengenai aspek-aspek struktur fisik tersebut.
a. Diksi
Diksi adalah pilihan
kata yang digunakan dengan secermat oleh penyair. Diksi merupakan pemilihan kata yang
tepat, padat, dan
kaya akan nuansa
makna dan suasana sehingga mampu mengembangkan
dan mempengaruhi daya imajinasi pembaca. Pada saat pemilihan
kata ini, sering
terjadi pergulatan dalam diri penyair bagaimana dia memilih kata yang tepat,baik yang mengandung makna denotative maupun yang bermakna konotatif. Selain itu,
penyair juga mempertimbangkan urutan katanya, bunyi katanya, dan kekuatan (daya magis) dari kata-kata
tersebut.
Puisi merupakan bentuk puisi yang bersifat konsentratif dan aksentuatif,
artinya lebih memusatkan pada isi
dari pada kulit
luarnya. Hal ini
akan berpengaruh terhadap pemilihan kata-kata yang digunakan.
Kata-kata yang digunakan
di dalam puisi bersifat
singkat, padat, mantap,
berat dan sarat
akan makna. Pemadatan di dalam puisi dapat dicapai dengan
penghematan pemakaian kata- kata. rinsip yang harus diingat adalah bahwa menulis
puisi bukan menulis kata- kata, melainkan menulis esensi dari kata-kata itu (Tjahyono,
1988:59). Berdasarkan uraian di atas, hal yang harus dipahami dalam diksi atau pemilihan kata itu adalah: perbendaharaan
katanya, urutan katanya, dan
daya sugesti katanya. Perbendaharaan kata sangat
penting untuk mengungkapkan kekuatan
ekspresi. Antara penyair
yang satu dengan
penyair yang lainnya tidaklah sama, karena
dilatarbelakangi oleh faktor
sosial budaya penyair, daerah, suku, agama, pendidikan, jenis kelamin, dan lain-lain.
Oleh karena itu, sering ditemukan puisi yang
dibangun oleh kalimat-kalimat
yang terpenggal, kurang sempurna, bahkan kadang
terdiri atas satu
kata saja. Perhatikanlah
puisi Chairil Anwar di bawah ini!
ISA
itu tubuh mengucur darah mengucur darah
rubuh patah
mendampar tanya: aku salah? kulihat tubuh mengucur darah aku berkaca
dalam darah terbayang terang di mata masa bertukar rupa ini segera
mengatup luka
aku bersuka
itu tubuh mengucur darah mengucur darah
Urutan kata
(word order) di
dalam puisi bersifat
beku. Artinya, urutan kata
tersebut tidak dapat dipindahkan tempatnya meskipun maknanya tidak berubah oleh
perpindahan kata tersebut. Cara penyusunan urutan kata itu (baik urutan dalam tiap baris
maupun urutan dalam
suatu bait puisi)
sangat bergantung kepada penyair itu sendiri.
Daya sugesti kata-kata sangat diperhatikan oleh penyair.
Sugesti ini ditimbulkan oleh makna kata yang dipandang
sangat tepat mewakili
perasaan penyair. Karena ketepatan
pilihan kata dan ketepatan penempatannya, maka kata-kata itu seolah-olah memancarkan daya gaib yang mampu memberikan
sugesti kepada pembaca untuk ikut
sedih, terharu, bersemangat, ataupun marah sekalipun.
Be the first to reply!
Post a Comment
Disarankan berkomentar menggunakan Akun Google+, komentar SPAM (menyertakan link hidup, minta kunjungan balik & nama blog) otomatis tidak akan muncul.
Pertanyaan silahkan ke halaman kontak, atau bertanya dulu kepada admin. terimakasih